Sabtu, 05 Januari 2013

Teknologi Mobile Mengatasi Kemiskinan

13474117521918468347
Anak-anak mengumpulkan poin setiap masuk sekolah. (Sumber: CNN)

Perkembangan teknologi mobile memang sangat pesat dalam satu dekade terakhir. Kini telepon seluler atau ponsel, bahkan yang termasuk jenis ponsel cerdas (smartphone) sudah hampir menjadi barang biasa di kehidupan sehari-hari kita. Perkembangan teknologi selalu memiliki pengaruh bak silet yang bermata ganda. Satu sisi mengiris kemajuan zaman dengan segala manfaatnya, sisi yang lain mengoyak sendi kehidupan yang penuh mudlarat. Akan tetapi, semua itu bergantung pilihan sang pengguna, mau menjatuhkan diri ke alam nista atau melejitkan manfaatnya agar berjaya.
Ada banyak contoh sukses berkat teknologi mobile, salah satunya yang baru-baru ini diberitakan oleh CNN.com. Jeff Martin, mantan eksekutif senior di Apple Inc., mendirikan sebuah organisasi nirlaba berbasis teknologi mobile yang berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat bernama mPowering. Organisasi bermarkas di California, Amerika Serikat ini bekerjasama dengan sebuah LSM Citta yang beroperasi di Orissa, India, salah satu wilayah termiskin di India.
Citta mengawali aksi kemanusiaannya di Juanga, salah satu desa di wilayah Orissa berpenduduk sekitar 3.000 orang pada 2001. Penduduk di wilayah ini umumnya bekerja sebagai buruh tani dengan upah tidak lebih dari US$2 per hari. Penduduk ini juga diliputi masalah keterbatasan air bersih, kurangnya konsumsi makanan bergizi, tingkat pendidikan yang rendah, dan wabah penyakit serta sering dilanda bencana. Uniknya seperti kebanyakan wilayah di India, menara-menara telepon seluler terlihat berdiri di mana-mana.
India merupakan negara kedua dengan tingkat perkembangan penggunaan ponsel terpesat setelah China. Saat ini jumlah pelanggan ponsel di India mencapai sekitar 930 juta. Bahkan jumlah ponsel yang dimiliki keluarga lebih banyak dibandingkan dengan kamar kecil (toilet). Sekitar 59% rumah tangga memiliki ponsel dibandingkan hanya 47% keluarga yang memiliki kamar kecil. Dengan memanfaatkan langganan data internet dan sambungan GSM yang murah, mPowering menciptakan aplikasi khusus di ponsel penduduk, termasuk aplikasi analisis lokasi semacam foursquare.
mPowering bekerjasama dengan Citta dan memulai aksi ini pada 2010 dengan membagikan ponsel untuk 96 keluarga. Pada awalnya mereka harus mengedukasi penduduk yang belum pernah menggunakan ponsel dan mereka menyediakan tempat charger di sekolah atau klinik karena rumah-rumah mereka belum dialiri listrik. Kemudian setiap anak yang pergi ke sekolah akan memindai barcode di ponselnya untuk mendapatkan poin, ibu-ibu yang datang ke klinik pemeriksaan juga melakukan hal yang sama. Poin-poin yang telah terkumpul dengan jumlah tertentu bisa ditukarkan dengan sembako, pakaian, atau obat-obatan.
Citta mendirikan sekolah di Juanga pada 2001 dan rumah sakit pada 1996. Pada awalnya sekolah ini hanya memiliki 140 murid, kini sudah terdaftar sekitar 400 anak. Rumah sakit tersebut juga telah berkembang melayani 100.000 penduduk dalam radius 25km. Kesadaran pentingnya pendidikan dan pemeriksaan kesehatan meningkat berkat penggunaan teknologi mobil melalui aplikasi-aplikasi tersebut.
Berbagai penyuluhan kesehatan, teknologi pertanian dan pengolahan air disampaikan melalui aplikasi dan video yang ada di ponsel mereka. Setiap mereka menyaksikan video penyuluhan tersebut, mereka akan mendapatkan poin yang bisa dikumpulkan untuk mendapatkan reward yang bermanfaat bagi mereka sendiri. Jadi, bantuan material seperti pakaian, makanan dan obat-obatan atau peralatan tidak diberikan begitu saja, tapi bersamaan dengan penyampaian edukasi yang secara tak langsung meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Aksi mPowering dan Citta ini menunjukkan hasil yang pesat dengan catatan penurunan jumlah penyakit dari 119 tahun lalu, kini tinggal 52. Jumlah anak yang bersekolah pun meningkat hingga 71% dibandingkan 52% tahun lalu. Ide sederhana namun brilian dari Jeff Martin yang pernah mengepalai divisi musik, entertainment dan marketing di Apple Inc. terhadap upaya kemanusiaan ini layak diacungi jempol dan menjadi inspirasi. Kini Jeff adalah CEO Tribal Brands, perusahaan yang mem-backup mPowering. Tribal Brands melakukan konsep reward yang serupa terhadap pembelian musik dan gadget secara komersial.
Read More..

Rabu, 02 Januari 2013

Teknologi Mobile Phone setelah Touch Screen


 
Anda mungkin sudah sangat familiar dengan teknologi mobile layar sentuh, sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh kita sebagai pengguna biasa, namun kini tiba-tiba sudah ada di tangan. Dalam beberapa tahun saja, teknologi yang ditemukan pada perangkat mobile saat ini seperti layar sentuh, giroskop, dan perangkat lunak voice-control, dan beberapa teknologi lainnya secara radikal mengubah cara kita mengakses komputer.


Tidak lama lagi fitur-fitur canggih yang kita peroleh dalam smartphone saat ini akan semakin keren lagi. Kontrol gerakan, perangkat yang mengenali orang yang berbeda, dan trik untuk membuat layar terasa seolah-olah memiliki tombol fisik bisa menjadi bagian dari gadget kita. Sekarang kita berpikir, ide-ide baru apa lagi yang mungkin memberi dampak yang sama dalam beberapa tahun ke depan?

Bertempat di Hotel Marriott di Cambridge, Massachusetts baru-baru ini, para  peneliti dari seluruh dunia menunjukkan ide-ide baru berkaitan dengan interaksi komputer dalam sebuah acara perhelatan yang berjudul ACM Symposium on User Interface Software and Technology. Banyak diantara mereka berfokus pada penggunaan perangkat mobile, seperti teknologi baru yang sudah semakin akrab dengan kita sehari-hari yakni teknologi layar sentuh.

Berikut ini beberapa diantara temuan yang diulas pada pertemuan tersebut:

Eye-Catching
Perkembangan yang akan segera kita nikmati di masa yang akan datang dalam perangkat mobile merupakan kelanjutan dari teknologi baru-baru ini, namun hal itu tetaplah membuat kita berdecak kagum. Seperti penuturan Rob Miller, profesor di MIT Computer Science dan Artificial Intelligence Lab (CSAIL) dan sekaligus ketua konferensi tersebut mengungkapkan bahwa hardware baru seperti perangkat yang dapat diaktifkan oleh gerakan lidah atau dengan melenturkan otot, atau prototipe yang dibangun pada teknologi kita sudah ada di tangan kita, misalnya Kinect, Wii, atau sensor yang dipasamg pada ponsel.
Salah satu ide yang paling menjanjikan adalah eye-catching yang memungkinkan kita melakukan tugas-tugas yang kompleks dengan jentikan pergelangan tangan atau menjentikkan jari”  imbuh Miller.

Digit
Antarmuka yang disebut Digit dikenakan di pergelangan tangan dan terdiri dari sensor gerak dan sumber cahaya inframerah dan kamera. Alat ini diciptakan oleh David Kim, seorang peneliti Inggris yang bekerja bagi Microsoft Research danNewcastle University. Seperti versi portabel dari motion-sensing perangkat Microsoft Kinect untuk Xbox, Digit dapat mengikuti gerakan lengan dan jari dengan akurasi yang cukup baik dan dapat direplikasi pada layar atau memungkinkan kontrol permainan komputer yang kompleks. "Kami membayangkan perangkat yang lebih kecil yang bisa dipakai seperti jam tangan yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dan perangkat komputasi personal dengan gerakan tangan yang sederhana," ungkap Kim tentang perangkat ciptaannya tersebut.

Proyek-proyek seperti ini memberi kita gambaran sekilas terhadap masa depan teknologi mobile. Para peneliti percaya bahwa teknologi mobile masih memiliki keterbatasan akibat metode pengendalian yang ada, jika tidak, pasti sudah jauh lebih canggih daripada yang ada saat ini.

Selanjutnya, Kim mengaku memiliki keinginan yang semakin kuat untuk dapat mengakses dan menggunakan perangkat komputasi tersebut dimana saja. Input  yang produktif dan interaksi pada perangkat mobile, masih merupakan bagian yang menantang untuk dikembangkan.Kemajuan teknologi mobile juga membantu peneliti semakin mudah untuk bereksperimen. Beberapa kelompok dalam konferensi tersebut memamerkan modifikasi antarmuka ponsel yang dirancang untuk memberikan kemampuan baru.

Vibrating Piezoelectric Actuators
Hong Tan, seorang profesor di Universitas Purdue yang saat ini bekerja di Microsoft Research Asia, menunjukkan cara untuk menambahkan nuansa tombol dan kontrol fisik lainnya pada teknologi layar sentuh dengan memasang vibrating piezoelectric actuators pada sisi layar normal yang menghasilkan gesekan pada titik dimana terdapat kontak dengan jari. Desain ini dinamai SlickFeel yang dapat membuat lembar kaca biasa merasa seolah-olah memiliki tombol fisik atau bahkan slider fisik dengan berbagai tingkat resistensi. Haptic feedback tersebut bisa membantu pengguna menemukan kontrol yang tepat pada perangkat pendukung seperti smartphone, atau mengaktifkan penggunaan layar sentuh tanpa melihatnya, misalnya saat mengemudi.

Capacitive Fingerprinting

Upaya lainnya untuk membuat lebih dari layar sentuh akan jauh lebih baik adalah Chris Harrison dari Disney Research, yang mengusung cara perangkat untuk mengenali gesekan dan sentuhan  dari orang yang berbeda. Antarmuka yang ia usung adalah layar sentuh kapasitif dengan pemasangan sensor resistensi untuk mengidentifikasi "profil impedansi" yang unik dari tubuh seseorang melalui jari-jarinya. Pengguna hanya perlu menyentuh perangkat dengan jari selama beberapa detik  pada saat pertama kali menggunakannya, selanjutnya perangkat itu dapat mengenali  mereka. Cara ini dapat memungkinkan aplikasi melakukan hal-hal seperti memodifikasi jalur  suatu dokumen yang dibuat oleh orang yang berbeda seperti tablet yang biasa digunakan (lihat video disini). Lebih lanjut, Harrison mengatakan bahwa teknologi ini sebenarnya mirip dengan teknologi yang sudah ada pada smartphone. Selain itu menjadi kabar baik bagi para gamer, karena memungkinkan tampilan grafis berkualitas tinggi – tanpa pecah, dan untuk aplikasi kolaboratif.

Sensor gerak dan sentuh pada ponsel saat ini adalah target eksperimentasi lainnya. Mayank Goel, seorang mahasiswa PhD dari University of Washington dan rekannya memodifikasi perangkat lunak pada ponsel Android agar secara otomatis menentukan di mana tangan seseorang memegangnya. Perangkat lunak ini memantau sudut di mana perangkat dimiringkan, seperti yang kita kenal pada sensor gerak, dan bentuk yang tepat dari tekanan pada layar sentuh.

Layar Sentuh Tembus yang Dapat Ditekuk
ini merupakan prototipe lain pada layar yang tampaknya tidak begitu jelas hubunganya dengan gadget yang sudah familiar dewasa ini. Salah satunya adalah antarmuka yang dapat ditekuk. Teknologi ini dikembangkan oleh sebuah tim di MIT Media Lab. Sean Follmer, seorang mahasiswa PhD di lab ProfessorHiroshi Ishii, menunjukkan beberapa versi, termasuk layar sentuh tembus yang dapat ditekuk diletakkan di atas meja datar. Perangkat ini terbuat dari bahan plastik berisi manik-manik kaca dan minyak, dengan proyektor dan sensor 3-D diposisikan di bawah. Dengan menyentuh layar lentur yang berada pada layar dapat mengubah warna yang ditampilkan, yang juga ditampilkan pada model 3-D .

Sulit untuk membayangkan seperti apa antarmuka di saku Anda kelak. Namun, Desney Tan, seorang yang mengelola grup Computational User Experience di Redmond, Washington, dan grup Human-Computer Interaction di Beijing, Cina, percaya bahwa kemampuan untuk memilih dari beberapa mode interaksi akan menjadi bagian penting dari masa depan komputasi mengatakan bahwa mereka akan berhenti memikirkan perangkat mobile, dan bukan fokus pada komputasi mobile  kata Tan, yang adalah pemenang 35 Technology Review Innovator dari 35 Award pada 2011. "Seperti yang saya lihat sejauh ini, tidak ada satu input atau modalitas output akan mendominasi cukup dalam cara yang sama seperti tampilan visual dan mouse dan keyboard ."
Read More..